Sunday, 28 June 2020

Ketika Guru menjadi Tukang Gorengan

Sebelum cerita soal gorengan, terdapat kisah salah satu guru di sekolah negeri di kota besar. Sebut saja namanya bu Widi. Beliau adalah seorang guru honorer di salah satu SD Negeri favorit di kota tersebut. Tau kan guru honorer? Gaji tak seberapa tapi masih harus gigit jari menunggu dana BOS (bantuan operasional sekolah) turun. Alhasil kadang beliau tidak gajian selama beberapa bulan. Adapula guru honorer tambahan yang tidak dibayar pemerintah, tetapi dari dana urunan orangtua murid alias dana komite. Ketika awal masa pandemik baru dimulai, bu Widi harus menahan diri karena gaji tertahan 3 bulan. Lalu dia mengadu sama siapa? sekolah pun angkat tangan bila menyangkut dana pemerintah. Alhasil hanya kesabaran dan putar otak para guru honorer mengisi perut mereka dengan cara lain agar bertahan. Di satu sisi, guru – guru di sekolah elite dengan bayaran siswa fantastis lah yang tetap berkibar. Apalagi ketika lebaran tiba, uang THR dan parcel lengkap dengan ucapan sukacita membanjiri kolom group WA.

Balik lagi soal bu Widi. Nah, karena gaji tertahan 3 bulan. Beliau makan apa? tidak mungkin mengharapkan dana urunan orangtua. Toh banyak yang susah juga. Karena sekolah beliau adalah sekolah orang kebanyakan alias bukan orang – orang ber”punya”. Tetapi kalau dibilang punya, mereka juga punya sih alias punya utang dan punya tanggungan. Alhasil, bu Widi bertahan dengan mengikuti perkembangan jaman. Beliau menjadi guru privat online. Info pribadi beliau sebar di facebook bila ada yang membutuhkan jasanya. Alhamdulilah, walau dengan keterbatasan kuota, bu Widi sukses menjadi guru privat jarak jauh. Hasilnya lumayan membantu beliau hidup. Lalu bagaimana bila ada guru honorer yang kuno alias tidak bisa mengikuti teknologi jaman sekarang? Yah terpaksa mereka banting setir. Ada yang menjadi pedagang gorengan dadakan, penjual handsanitizer dadakan, penjual es dadakan. Semua serba dadakan seperti tahu goreng digoreng dadakan lima ratusan. Asal halal tak apa. Daripada anak istri tidak makan.

Nah,negara Indonesia sekarang sudah tahap new normal nih ya. Terus guru honorer masih banting setir jadi pedagang gorengan tidak?  Ya masih lah. Kan sekolah belum di mulai. Perut perlu di isi tiap hari. Masa mau berhenti, terus demo ke Menteri Nadiem agar gaji dibayar rutin? Beliau aja pusing mikirin dibuka sekolah kapan.  Semoga sempet memikirkan guru honorer udah makan apa belum. Mimpi mereka di angkat PNS semakin jauh aja masa pandemik gini. Yang ada malah pemerintah berpikir, kita tidak empati terhadap pemerintah kalau terus menuntut.

Ya sudahlah…, masih ada Widi – Widi lain dan para guru honorer di luar sana yang perlu bantuan. Tugas kita juga meringankan beban mereka. Kita bantu dengan hal – hal kecil. Misalkan di sekitar kita, ada guru honorer yang perlu dibantu. Ya bantu dengan meminta jasa beliau memberikan les anak. Atau ada guru honorer yang berjualan untuk penghasilan tambahan, maka mari kita beli dagangannya. Toh kita tidak merugi dengan membantunya. Yuk kita lakukan dari hal sekitar kita.  Semoga para guru kita selalu di berikan kesehatan dan keberkahan hidup ya. Amin YRA.

No comments:

Post a Comment

Astishop1481@gmail.com

Postingan Unggulan

Review 6 Drama Korea Terbaru tahun 2020

Annyeonghaseo... drakor mania . Penulis sudah lama ya tidak me review drama korea yang lagi hits. Nah, semoga ulasan penulis kali ini m...

Postingan populer