Sebelum
cerita soal gorengan, terdapat kisah salah satu guru di sekolah negeri
di kota besar. Sebut saja namanya bu Widi. Beliau adalah seorang guru
honorer di salah satu SD Negeri favorit di kota tersebut. Tau kan guru
honorer? Gaji tak seberapa tapi masih harus gigit jari menunggu dana BOS
(bantuan operasional sekolah) turun. Alhasil kadang beliau tidak gajian
selama beberapa bulan. Adapula guru honorer tambahan yang tidak dibayar
pemerintah, tetapi dari dana urunan orangtua murid alias dana komite.
Ketika awal masa pandemik baru dimulai, bu Widi harus menahan diri
karena gaji tertahan 3 bulan. Lalu dia mengadu sama siapa? sekolah pun
angkat tangan bila menyangkut dana pemerintah. Alhasil hanya kesabaran
dan putar otak para guru honorer mengisi perut mereka dengan cara lain
agar bertahan. Di satu sisi, guru – guru di sekolah elite dengan bayaran
siswa fantastis lah yang tetap berkibar. Apalagi ketika lebaran tiba,
uang THR dan parcel lengkap dengan ucapan sukacita membanjiri kolom
group WA.
Balik lagi soal bu Widi. Nah, karena gaji tertahan 3 bulan. Beliau
makan apa? tidak mungkin mengharapkan dana urunan orangtua. Toh banyak
yang susah juga. Karena sekolah beliau adalah sekolah orang kebanyakan
alias bukan orang – orang ber”punya”. Tetapi kalau dibilang punya,
mereka juga punya sih alias punya utang dan punya tanggungan. Alhasil,
bu Widi bertahan dengan mengikuti perkembangan jaman. Beliau menjadi
guru privat online. Info pribadi beliau sebar di facebook bila ada yang
membutuhkan jasanya. Alhamdulilah, walau dengan keterbatasan kuota, bu
Widi sukses menjadi guru privat jarak jauh. Hasilnya lumayan membantu
beliau hidup. Lalu bagaimana bila ada guru honorer yang kuno alias tidak
bisa mengikuti teknologi jaman sekarang? Yah terpaksa mereka banting
setir. Ada yang menjadi pedagang gorengan dadakan, penjual handsanitizer
dadakan, penjual es dadakan. Semua serba dadakan seperti tahu goreng
digoreng dadakan lima ratusan. Asal halal tak apa. Daripada anak istri
tidak makan.
Nah,negara Indonesia sekarang sudah tahap new normal nih ya. Terus
guru honorer masih banting setir jadi pedagang gorengan tidak? Ya masih
lah. Kan sekolah belum di mulai. Perut perlu di isi tiap hari. Masa mau
berhenti, terus demo ke Menteri Nadiem agar gaji dibayar rutin? Beliau
aja pusing mikirin dibuka sekolah kapan. Semoga sempet memikirkan guru
honorer udah makan apa belum. Mimpi mereka di angkat PNS semakin jauh
aja masa pandemik gini. Yang ada malah pemerintah berpikir, kita tidak
empati terhadap pemerintah kalau terus menuntut.
Ya sudahlah…, masih ada Widi – Widi lain dan para guru honorer di
luar sana yang perlu bantuan. Tugas kita juga meringankan beban mereka.
Kita bantu dengan hal – hal kecil. Misalkan di sekitar kita, ada guru
honorer yang perlu dibantu. Ya bantu dengan meminta jasa beliau
memberikan les anak. Atau ada guru honorer yang berjualan untuk
penghasilan tambahan, maka mari kita beli dagangannya. Toh kita tidak
merugi dengan membantunya. Yuk kita lakukan dari hal sekitar kita.
Semoga para guru kita selalu di berikan kesehatan dan keberkahan hidup
ya. Amin YRA.
No comments:
Post a Comment
Astishop1481@gmail.com